Senin, 16 April 2012

kenangan

kala kata tanpa makna
mengalir deras dari tepian lisan
menebar aroma dosa
merengkuh nikmat sementara

kaca-kaca meleleh dari cermin jiwa
menggoreskan luka tanpa darah
mencabik tiap sisi demi sisi
menyusupkan sedih

ketika kata menjadi pedang
menggores tiap dinding kenangan
hingga habis tanpa sisa

menepis asa yang kian menghujam
merengkuh apa yang kian sirna
mencoba bertahan dalam galap
temani sepi nan kian menyelimuti

ketika ku mulai terbiasa
berteman sepi
meski terselip harap dalam hati

aku muak dengan ini
semua yang telah kau beri
semua yang hilang bersamamu

aku benci dengan keadaan
dimana angin memindahkan awan
ketika ombak menghapus kata

aku memang bukan siapa-siapa
bukan apa dan siapa aku ada
bukan harap yang mencipta
namun pedang yang menghujam
menjadi luka tak berdarah

aku ingin bebas
ketika hati terpenjara
menangis lirih dalam hening

ku mengharap suatu yang tak pasti
ketika bidadari mulai menghampiri
merangkul diri nan tersakiti
memeluk dalam sayap penuh duri

kata tanpa makna yang dulu terucap
kini menjadi benar tak berarti
setelah sekian lama menanti
hingga kaca-kaca meleleh karenanya

kata indah kini tak ku mengerti
tertutup luka yang semakin parah

menangis dan hanya menangis
mencoba tabah
mencoba mencari pembenar
meski salah yang selalu tersebar

4 komentar: