Untuk
Ukhti
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji hanya layak bagi Allah, Tuhan alam semesta. Sholawat dan salam semoga
senantiasa terlimpah atas junjungan kita Rasulullah, keluarga, sahabat, dan
semua umat beliau hingga hari kiamat.
Tak
lupa, semoga Allah senantiasa memberi perlindungan dan tentunya hidayah kepada
Ukhti, serta kita semua, sehingga tetap menjadi bagian pengikut Rasulullah yang
setia.
Saya
agak bingung, juga ragu, harus dari mana saya merangkai kalimat yang pas dalam
surat ini. Sebelum lebih banyak mengurai kata, tetapi terlebih dahulu saya
memintta kelapangan hati Ukhti untuk memaafkan saya jika nantinya ada yang
tidak pada tempatnya.
Emm…
bagaimana ya? Koq rasanya sulit sekali mengeluarkan melalui tulisan ini.
Apalagi kalau harus menyampaikan secara langsung, pasti akan semakin sulit.
Atau, malah tak ada nyali hingga tidak terucap satu katapun. Begini saja,
dengan mengucap Bismillah, saya ingin katakana dengan jujur dan semoga tulus
bahwa saya tertarik kepada Ukhti. Jangan ditertawakan ya, kalau ungkapan saya
terasa lucu dan langsung tembak seperti ini. Habis, saya benar-benar tidak
mampu merangkai kalimat yang tepat. tapi, andai ditertawakan sekalipun tak apa-apa juga sih. Saya toh tidak tau. Itu
saja sudah membuat saya sangat malu. Terserah Ukhti mau mengartikan seperti apa
ketertarikan saya itu. Jatuh hati atau jatuh cinta? Tapi, saya tidak main-main.
Saya serius. Meskipun saya tak punya kata-kata indah untuk mengungkapkannya.
Saya memang tak terbiasa. Ukhti mungkin juga tidak membutuhkannya.
Mungkin,
Ukhti kaget. Bahkan, juga merasa aneh dengan pengakuan saya ini. Saya tidak
tahu harus berbuat apa dan bagaimana cara yang tepat dalam bersikap. Tetapi
saya tidak mau menahan untuk tidak mengungkapkannya. Saya hanya berbekal bahwa
saya tidak bermaksud buruk.
Saya
sadar ini tidak selayaknyasaya lakukan. Pertama, saya takut kalau perasaan saya
seperti gayung tak bersambut. Saya belum tahu kemampuan diri saya menghadapi
kenyataan seperti itu. Meskipun saya harus menyiapkan diri menghadapi kenyataan
apapun. Saya hanya berharap semoga Allah yang nantinya menghibur saya.
Selanjutnya
saya mencoba menghimpun kekuatan dan keyakinan diri. Bahwa saya bermaksud baik.
Sama sekali tidak terlintas dalam pikiran saya untuk berbuat maksiat. Sehingga
saya memberanikan diri untuk mengungkapkan hal ini kepada Ukhti. Semoga saya
siap dengan segala resikonya. Resiko menerima takdir jika perasaan saya haru
bertepuk sebelah tangan, termasuk resiko jika Ukhti membenci saya, karena
mungkin bagi Ukhti hal ini sudah merupakan ajakan berbuat maksiat.
Saya
hanya berharap tidak menjatuhkan hati saya kepada orang yang tidak tepat.
kalaupun bertepuk sebelah tangan, mungkin saja hati saya masih terhibur karena
saya jatuh hati pada orang yang layak hati ini dilabuhkan padanya, meskipun
akhirnya kandas.
Saya
serahkan kepada Ukhti mau menilai atau menganggap saya seperti apa. Kalau saya
salah semoga Allah mengampuni ketergelinciran saya ini. Saya juga berharap
Ukhti mau menegur dan meluruskan saya. Dan tentu saja, saya berharap Ukhti
membuka pintu maaf seluas-luasnya. Saya sangat berbahagia jika Ukhti berkenan
memberikan sepatah, dua patah kata sebagai respon atas ungkapan saya ini.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Akhuki Fillah
Ayit
:') pengakuan yang indah ! menari sekali ..
BalasHapussemangat kakak :D
makasi adheg,.. terispirasi tulisan seseorang ithu,..
Hapuscp tu yg u mksut..? q nyerah.. :(
BalasHapusbuat yang mau jha,.. siapa jha boleh,..
Hapushm,,dsar.. ==''
Hapusapha ch,.? kn mang gtu,..
Hapus