kala
kata tanpa makna
mengalir
deras dari tepian lisan
menebar
aroma dosa
merengkuh
nikmat sementara
kaca-kaca
meleleh dari cermin jiwa
menggoreskan
luka tanpa darah
mencabik
tiap sisi demi sisi
menyusupkan
sedih
ketika
kata menjadi pedang
menggores
tiap dinding kenangan
hingga
habis tanpa sisa
menepis
asa yang kian menghujam
merengkuh
apa yang kian sirna
mencoba
bertahan dalam galap
temani
sepi nan kian menyelimuti
ketika
ku mulai terbiasa
berteman
sepi
meski
terselip harap dalam hati
aku
muak dengan ini
semua
yang telah kau beri
semua
yang hilang bersamamu
aku
benci dengan keadaan
dimana
angin memindahkan awan
ketika
ombak menghapus kata
aku
memang bukan siapa-siapa
bukan
apa dan siapa aku ada
bukan
harap yang mencipta
namun
pedang yang menghujam
menjadi
luka tak berdarah
aku
ingin bebas
ketika
hati terpenjara
menangis
lirih dalam hening
ku
mengharap suatu yang tak pasti
ketika
bidadari mulai menghampiri
merangkul
diri nan tersakiti
memeluk
dalam sayap penuh duri
kata
tanpa makna yang dulu terucap
kini
menjadi benar tak berarti
setelah
sekian lama menanti
hingga
kaca-kaca meleleh karenanya
kata
indah kini tak ku mengerti
tertutup
luka yang semakin parah
menangis
dan hanya menangis
mencoba
tabah
mencoba
mencari pembenar
meski
salah yang selalu tersebar